April 2, 2013

Penelusuran Benang Merah (A Study in Scarlet)


Judul Asli: A Study in Scarlet
Penulis: Sir Arthur Conan Doyle
Penerjemah: Sendra B. Tanuwidjaja
Tebal: 211 halaman
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit: November 2012 (cetakan keempat)


Intro:
Pengakuan: Saya terbilang 'terlambat' membaca novel pertama Sherlock Holmes ini. Tapi bukan berarti saya asing sama sekali dengan sang karakter legendaris rekaan Sir Arthur Conan Doyle karena duluuuuu sekali saya sudah membaca tiga buah kumpulan kasus yang juga diterbitkan oleh GPU. Setelah itu saya sempat vakum dari 'dunia' Sherlock Holmes, sampai di tahun 2012 saya mulai terobsesi kecanduan dengan serial Sherlock produksi BBC yang merupakan adaptasi modern dari canon (karya asli) Conan Doyle.

Nah, karena kebetulan GPU menerbitkan ulang novel-novel Sherlock Holmes dengan cover baru yang sederhana namun elegan, saya putuskan untuk kembali membaca kisah petualangan sang detektif , termasuk judul-judul yang sebelumnya belum sempat tersentuh. A Study in Scarlet, yang di sini diterjemahkan menjadi Penelusuran Benang Merah pun menjadi pilihan pertama :)


Review:

"Objek yang paling tepat dalam studi kemanusiaan adalah manusia itu sendiri." (halaman 20)

Setelah 'dipaksa' pensiun dini dari dinas militer akibat cedera yang dialaminya semasa perang, Dr. John Watson memutuskan mencari tempat tinggal baru di London yang sesuai dengan isi kantongnya yang pas-pasan. Mungkin dalam mimpi pun Watson tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Stamford, rekannya selama bertugas di Rumah Sakit St. Barts, tidak hanya akan membantunya menemukan tempat tinggal baru, tapi juga kehidupan baru yang penuh petualangan.


Pertemuan Pertama Sherlock Holmes
dengan Dr. John Watson (sumber)
Stamford memperkenalkan Watson pada Sherlock Holmes yang juga sedang mencari teman untuk berbagi tempat tinggal. Tidak lupa dia  mengingatkan bahwa Sherlock adalah sosok yang 'unik'. Benar saja. Baru beberapa detik bertemu, Watson sudah dibuat tercengang karena Sherlock langsung tahu dirinya belum lama pulang dari Afghanistan, padahal ini adalah pertemuan pertama mereka. Setelah saling membeberkan 'kebiasaan buruk' masing-masing, Sherlock Holmes dan John Watson sepakat bersama-sama menempati apartemen di Baker Street 221B.

Rasa penasaran Watson mengenai profesi teman seapartemennya baru terjawab setelah dia mencela sebuah artikel mengenai teknik deduksi di surat kabar. Ternyata Sherlock Holmes adalah seorang 'detektif konsultan' yang sering dimintai bantuan polisi untuk memecahkan kasus-kasus sulit. Yang lucu, justru Watson yang mendorong Sherlock yang sempat ogah-ogahan menanggapi permintaan bantuan polisi untuk menyelidiki TKP pembunuhan di sebuah rumah di pinggiran kota. Mengapa Sherlock enggan? Karena bila dia berhasil memecahkan sebuah kasus, semua pujian akan tertuju pada pihak kepolisian, bukan dirinya ^^


"Gagasan seseorang haruslah sebesar alam, kalau ia ingin menafsirkan alam itu." (halaman 69)

Sesosok mayat pria yang diidentifikasi sebagai Enoch Drebber ditemukan di ruangan sebuah rumah kosong. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Sambil menyelidiki seluruh isi ruangan, Sherlock masih harus menyaksikan ulah Inspektur Gregson dan Lestrade yang saling berlomba-lomba menafsirkan setiap petunjuk yang ditemukan, meskipun tidak ada satu pun penafsiran itu yang benar XD Dari dokumen yang ditemukan, diketahui pula bahwa korban ada di London bersama sekretarisnya, Joseph Stangerson. Watson pun menjadi saksi kehebatan ilmu deduksi Sherlock yang menyatakan bahwa korban tewas karena keracunan dan deskripsi si pelaku. Namun masih ada satu hal lagi yang harus dijelaskan Sherlock: Siapa gerangan wanita pemilik cincin kawin yang juga ditemukan di TKP?

Tidak butuh waktu lama bagi Gregson untuk menangkap orang yang diduga kuat sebagai pelaku pembunuhan tersebut. Arthur, putra Madame Charpentier yang mengelola penginapan yang sempat ditempati Drebber dan Stangerson, diketahui sempat menghajar almarhum karena melecehkan adiknya, Alice. Sayangnya, rasa bangga Gregson saat menceritakan semua itu pada Sherlock tidak bertahan lama karena beberapa saat kemudian Lestrade datang untuk menyampaikan berita buruk: Joseph Stangerson ditemukan tewas ditikam di dalam kamar hotelnya. Tulisan 'Rache' (kata dalam bahasa Jerman yang berarti 'Balas Dendam') yang sebelumnya ditemukan di TKP terbunuhnya Drebber kini juga terpampang di dinding kamar sang sekretaris.


Dengan terbunuhnya Stangerson, gugur sudah kecurigaan pada Arthur Charpentier. Nah, jadi siapa yang bertanggung jawab atas kedua pembunuhan tersebut? Sanggupkah Sherlock menemukan ujung 'benang merah' kasus misterius ini? Walau dengan kecerdasan yang dimilikinya, tentu saja Sherlock sama sekali tidak perlu repot-repot melakukan perjalanan jauh ke Amerika, tempat di mana semua kekejaman, kebencian dan tragedi yang melatarbelakangi kasus ini tumbuh.



“Populus me sibilat, at mihi plaudo.
Ipse domi stimul ac nummos contemplar in arca."
(The public hiss at me, but I cheer myself when in my own house I contemplate the coins in my strong-box.)”


A Study in Scarlet ditulis oleh Conan Doyle pada tahun 1886 dan diterbitkan setahun kemudian. Walau sudah cukup familiar dengan gaya Sherlock Holmes saat menyelidiki kasus lewat tiga buku kumpulan kasusnya, saya tetap penasaran mengetahui detail pertemuan pertama sang detektif dengan Watson, dan ternyata buku ini tidak mengecewakan saya :) 



Sherlock Holmes (Benedict Cumberbatch) dan Dr. John Watson
(Martin Freeman) dalam serial 'Sherlock' produksi BBC.

Beberapa adegan juga sangat menghibur, seperti bagaimana Watson sering dibuat tercengang oleh kehebatan deduksi Sherlock meski dia juga selalu dibuat kesal oleh lagak sang teman yang seperti tahu segalanya. Ironisnya, ternyata memang ada hal-hal yang tidak diketahui Sherlock, bahkan pengetahuan umum selevel siswa SD tentang sistem tata-surya! Untuk yang satu ini, Sherlock selalu menjawab bahwa dia lebih suka menyimpan informasi yang berhubungan dengan profesinya karena kapasitas otak manusia yang terbatas XD


Bila ditanya apa kekurangan A Study in Scarlet, kemungkinan besar saya akan menjawab (kalau ini memang bisa disebut sebagai kekurangan) adalah pembaca seperti disuruh menyimak 2 cerita yang berbeda sama sekali dalam satu buku. Cerita berjudul Tanah Orang Suci (The Land of The Saints) yang berada di paruh akhir buku seolah 'memutus' tensi cerita yang sudah dibangun sejak awal. Bagi saya pribadi, hal ini sedikit mengganggu meski memang kisah ini relevan dengan kasus yang sedang diusut Sherlock. Bahkan saya dengar Conan Doyle sempat dituntut oleh kaum tertentu karena dianggap tidak akurat dalam deskripsinya.


Namun, terlepas lepas dari segala kekurangan yang ada, Penelusuran Benang Merah atau A Study in Scarlet tetap menarik untuk dibaca, terutama oleh para penggemar Sherlock Holmes.

No comments:

Post a Comment